Hasil Tulisan Peserta Giveaway BJB (Tema: #akudanbahasajepang) | Belajar Bahasa Jepang Bersama Hasil Tulisan Peserta Giveaway BJB (Tema: #akudanbahasajepang) | Belajar Bahasa Jepang Bersama

Hasil Tulisan Peserta Giveaway BJB (Tema: #akudanbahasajepang)

Mina-san, youkoso, BJB no burogu e. Selamat datang di blog bahasajepangbersama.com. Di bawah ini adalah hasil tulisan dari para peserta giveaway buku 30 hari paham pola kalimat bahasa Jepang untuk sementara (update terakhir 22-09-2018). Postingan ini akan diupdate dan ditambahkan hasil tulisan peserta GA lainnya secara berkala.

Giveaway BJB

Peserta GA di Facebook

Nurul Najma

Aku dan Bahasa Jepang

Pernah mendengar istilah “Cinta bisa mengubah seseorang”? Yap! Aku adalah satu dari sekian banyak ‘seseorang’ yang terkena kutukan atau sihir dari sesuatu bernama cinta. Aku berubah, tapi bukan kayak Power Rangers ya :”)

Pernah dengar juga istilah, “Benci menjadi Cinta”? Nah dari sinilah benang merahnya ditemukan.

Semuanya dimulai pada waktu kelas 2 SMP. Saat itu ada Anime Ninja yang tayang di salah satu stasiun TV swasta. Kebetulan, waktu itu aku kebagian kelas siang, berangkat pukul dua belas dan pulang pukul lima. Sehingga aku punya setengah hari untuk diam di rumah, dari pagi sampai siang tepatnya. Anime itu tayang dari pukul 8 – 9 WIB. Abangku yang jadi penonton langganan. Tiap pagi selalu bikin kegaduhan dengan suara TV di atas normal.

Aku, yang notabene dari dulu (sekitar usia TK) sudah membenci Anime itu karena tidak suka salah satu tokohnya yang berambut permen karet, menjadi sangat-sangat benci karena keributan yang ditimbulkan di setiap pagi. Sudah nggak mengerti lagi, abang itu duduk kurang dari satu meter dari depan TV tapi nyaman pake volume yang bisa terdengar sampai rumah tetangga. Terang saja, kebencianku terhadap Anime itu makin berlipat.

Tetapi pada suatu hari, ketika Anime itu sampai pada bagian instrumental khas yang terus diulang-ulang, bersama dialog seorang anak perempuan yang berbunyi: “Tempatmu untuk pulang adalah tempat di mana ada orang yang memikirkanmu.” (Aku hafal kalimatnya bahkan sampai detik ketika aku menulis ini.) Karena aku juga manusia yang punya rasa ingin tahu, dan kalau kata Bapak Eren, “Tidak ada yang bisa menghalangi rasa ingin tahu manusia,” keluarlah aku dari dalam kamar dan mengintip sejenak sampai iklan. Setelah itu masuk kamar lagi.

Hari demi hari terus berganti, yang tadinya nggak mau tahu sama sekali lama-lama kalau lewat TV suka diam dulu sebentar, menyimak sejenak. Lama-lama, ikut nonton juga. Semakin lama, aku yang malah duduk paling depan. Semakin lama lagi, aku nonton tiap pagi meski sendirian!

Kalau sekarang dengar salah satu potongan lirik di openingnya yang berbunyi: “You are my friend, aa ano hi no yume.” Langsung autoingat ketupat sama tahu goreng. Karena dua makanan itu yang jadi kawan setia selama aku nonton Anime itu setiap paginya.

Kejadian lain yang sulit dilupakan adalah ketika aku sakit hampir satu bulan, dan setelah pulang berobat ngotot harus nonton anime itu bahkan sampai ketiduran. Momen lainnya yang bikin ketawa ngakak kalau ingat adalah; Aku pernah putus dari doi gara-gara anime ini. Waktu itu aku disuruh pacaran sama tokoh utamanya masa. Ya aku ngaku sih kalau yang aku omongin nggak pernah lepas dari tema, “Anime Ninja”. Yaudah ya putusin aja. Lagian itu dulu ngapain coba pacaran, benar-benar zaman kebodohan.

Masuk kelas 3 SMP, itu masa di mana warnet lagi menjamur dan aku bisa menghabiskan waktu berjam-jam buat diam di sana. Tidak lama kemudian, di rumah pasang internet dengan kecepatan super lelet. Karena sudah kembali masuk di kelas pagi, pulang sekolah rutinitas aku adalah download Ost anime ninja itu, dan nyari liriknya. Jadi bisa nyanyi tanpa salah lirik gitu. Karena dulu aku nggak punya printer, sehingga dengan bermodalkan flashdisk pinjaman, aku ngeprint lirik lagu yang setelah sebelumnya diedit warna-warni dulu. Nggak peduli bayarnya bisa dua kali lipat, yang penting aku seneng. Saat ini kumpulan liriknya masih aku simpen, ada satu bundel! Tebalnya sekitar 7 atau 8 sentimeter. Kenang-kenangan dari masa yang agak suram, wkwk.

Setelah semua OST-nya sudah masuk di playlist, aku merambah ke lagu-lagu lain. Kata kuncinya di si mbah adalah, ‘Lagu galau Jepang’, ya ampun betapa bodohnya aku enam tahun yang lalu T.T. Lagu pertama yang aku denger di luar OST anime adalah Blue Wind-nya Yui! Itu lagu adem banget, ya ampun.

Di kelas 3, aku baru sadar ternyata ada beberapa teman yang punya hobi yang sama. Dari sanalah, kegilaan aku mengoleksi komik terjadi. Kalau lagi luang, di kelas aku selalu nyanyi lagunya Azu – For You sama teman sebangku aku. Setelah nyanyi kita selalu gibahin anak cowok yang selalu datang kesiangan dengan tampak ngantuk. “Nggak punya semangat hidup.” Sepakat berdua kita mengatakan demikian. Tetapi pada akhirnya, dialah yang menjadi semangat buat hidup aku.

Dia misterius, membuat kami (aku sama temen sebangku aku) pengen tahu lebih banyak. Dan Boom! Dia juga suka Jejepangan, dan masuk dalam golongan orang yang bisa berbahasa Jepang. Mulai dari suka Anime dan lagunya, aku jadi tertarik buat belajar bahasanya. Mulai dari beli komik aku jadi merambah pada kamus Nihongo. Di belakang buku tulis aku banyak sekali coretan hiragana dan katakana. Soalnya dulu kalau bosen dengerin guru menjelaskan, aku suka pura-pura nulis yang padahalnya melatih tulisan jepang. (Jangan ditiru ya!)

Masuk SMA, kami berpisah. Di SMA, teman pecinta jejepangan lebih banyak lagi. Bahkan aku akrab dengan teman kelas sebelah dan beberapa senior karena hobi yang sama. Jadi teringat ucapan kakak kelas (yang aku panggil onee-chan) lima tahun yang lalu, “Nuna-chan, benar ya kata orang! Kalau dua orang yang punya hobi sama disatukan akan sangat dekat seperti udah kenal lama.” Memang benar begitu.

Masih di kelas 1 SMA, aku meminta salah satu senpai aku buat mengajarkan tulisan kanji. Ingat banget dulu kanji pertama yang aku tulis adalah kanji 上 (Ue) yang artinya di atas. Dan dua kanji lainnya 中 (Naka) dan 中 (Shita). Aku juga dikasih pinjam buku Nihongo-nya yang bakalan terpakai kelas 2 nanti jika aku mengambil jurusan Bahasa.

Libur semester kenaikan kelas, aku manfaatkan buat menulis materi Nihongo. Aku terdampar di sebuah blog yang menyediakan materi yang aku butuhkan. Dulu aku bisa berjam-jam menyalin apa yang ada di dalam blog dalam sehari. Sebelum aku menjadi bagian dari keluarga BJB, aku udah jatuh cinta di luar siapa pemilik blog itu. Pokoknya saat itu aku lagi kasmaran sama Bahasa Jepang. Buku berisi tulisan tangan itu masih ada kok sampai sekarang, buat kenang-kenangan juga.

Di kelas 2, aku harus mulai masuk penjurusan. Kegalauan itu ada, tetapi rasa cinta aku pada bahasa Jepang yang begitu besar, (Dan karena menghindari Kimia) aku memutuskan untuk masuk jurusan Bahasa. Mengabaikan banyak orang yang berkata A sampai Z. Itu murni keputusan aku, di tengah jalan ketika aku ragu, aku yang saat itu kebetulan menonton Anime OVA Snk Kuinaki Sentaku yang menceritakan masa lalunya mas Levi, di sana Erwin-danchou bilang, “Jika kau menyesal, masa depanmu akan kusam, dan membuat orang lain yang memutuskannya untukmu.” Dan boom! Aku merasa jauh lebih baik dari sebelumnya. Anime bagiku bukan cuma dijadikan tontonan sebagai hiburan, tetapi bisa memberikan motivasi.

Di kelas 2, prestasi aku sangat-sangat jauh lebih baik. Dengan salah satu modal kata-kata dari mas Kise Ryouta, “Mou nidoto maketakunai.” Aku bisa berdiri di podium tertinggi.

Selama SMA, aku juga sering menunjukkan hasil shiken kepada Doi, “Aku dapet nilai 100 lagi loh.”

“Kamu benar-benar hebat.”

Susah dijabarkan bagaimana rasa bahagianya.

Karena Bahasa, aku bisa menjadi lulusan terbaik. Ini semacam buah dari perjuangan aku. Karena aku sangat menyukai bahasa Jepang, aku juga tidak akan membiarkan mata pelajaran yang lainnya terbengkalai. Saat itu aku ingin mewujudkan keidakmungkinan yang aku pegang di kelas 1 SMA, ‘Apa aku bisa menjadi seperti Tsuruko di Ano Hana?’ dan ternyata aku bisa melakukannya.

Doi juga datang pada acara perpisahanku di SMA, seakan menutup cerita dengan ending bahagia.

Masuk ke perguruan tinggi, aku tidak bisa mengambil jurusan yang berkaitan dengan Bahasa Jepang karena beberapa alasan. Jujur, patah hati terberat versi aku ya, ini. Melepas sesuatu yang sebelumnya kita dekap erat. Aku punya waktu lebih dari tiga bulan untuk menikmati liburan. Status aku tanpa kejelasan, bukan siswa, bukan juga mahasiswa. Di tengah kebingungan yang entah apa yang mau aku lakukan, aku membuka blog yang sudah hampir satu tahun aku tinggalkan. Ternyata, aku baru sadar kalau di sana bukan hanya memuat materi, tetapi ada juga Rubrik, Yomikaki, dan Shiritori. Saat itu aku benar-benar ingin tahu bagaimana caranya menjadi bagian dari keluarga BJB. Setelah mencari, aku dapet ID line owner-nya. Aku endapkan beberapa bulan.

Setelah punya keberanian, aku chat-lah orang itu. Lalu dia mengarahkan untuk meng’add OA BJB. Ketika salah satu admin open chat, aku tanya habis-habisan tentang bagaimana caranya bergabung. Dan ternyata, BJB ini punya grup belajar bahasa Jepang online! Keren bukan?!

Waktu itu, syarat untuk bergabung adalah menyalin hasil Yomikaki dan mengirim audio-nya. Aku beberapa kali take, karena ingin hasil yang maksimal. Lalu setelah dikirim, aku dichat Kak Licht (Salah satu admin di sana) dia memuji suara aku! >////< Melting sih, agak baper. Tapi cukup syok, ternyata doi cewek T.T.

Di grup BJB inilah aku menyadari sesuatu hal yang sangat besar, ketika aku tidak bisa meraih apa yang aku mau, kenapa aku tidak mencoba menciptakannya sendiri? Ketika aku tidak bisa belajar Bahasa Jepang secara formal, mengapa tidak otodidak? Hanya tinggal kemauan dan niat, wadahnya sudah ada, BJB itu sendiri.

Di dalam grup aku banyak belajar bukan hanya seputar Bahasa Jepang saja. Tetapi belajar bagaimana cara menghormati senior, dan bersikap baik pada junior. Berkompetisi secara bersih, disiplin, dan banyak hal lainnya. Bahkan setelah terakhir aku tahu dari owner-nya langsung, dia bilang: “Grup dibekukan untuk waktu yang tidak ditentukan.” Tetapi meski demikian, tidak bisa membekukan tali silarurahim di antara membernya. Bahkan, setelah aku hengkang(?) dari Line, aku masih berkawan baik dengan mereka. Banyak mas-mas dan mbak-mbak juga dedek-dedek yang sampai detik ini pun komunikasi kita masih hangat. Terima kasih BJB!

Jujur, mempelajari dua hal dalam sekaligus dan membuatnya tetap konsisten tidaklah mudah. Apalagi kedua hal ini bertolak belakang. Aku mengambil jurusan Teknik yang banyak menggunakan otak kiri, sedangkan Bahasa dengan otak kanan. Nggak jarang aku memberikan jeda buat diri aku sendiri. Terkadang aku berpikir, untuk apa aku tetap belajar Bahasa Jepang tetapi aku berada dilingkungan Teknik? Kenapa tidak berhenti dan fokus kuliah saja?

Nyatanya, melepas hal yang melekat jauh lebih sulit daripada melepas hal yang kita dekap. Kalau sudah melekat, ketika dilepas akan menimbulkan bekas, dan kita tidak lagi utuh seperti sebelumnya. Kalau melepas yang ada di dalam dekapan, itu hanya akan menimbulkan perasaan kehilangan saja.

Aku membuang jauh-jauh pemikiran seperti itu. Aku tetap mencintai bahasa Jepang dan belajar dengan sepenuh hati. Kadang stress nggak bisa ngerjain Yomikaki, tetapi semua yang aku rasa tidak pernah membuat aku ingin berhenti. Tidak sedikitpun.

“Sono doryoku kesshite uragiranai,” kata Mbak-mbak AKB48.

Memang benar!

Usaha keras tidak akan mengkhianati hasil.

Aku yang saat itu belajar bahasa Jepang dengan keras, meski tidak tahu akan dibawa ke mana atau ujungnya seperti apa, tiba-tiba mendapat telepon dari guru SMA untuk mengajarkan anaknya Bahasa Jepang! Sungguh aku bersyukur sekali. Karena pengalaman pertama, aku banyak bertanya pada senior di Grup. Tentang materi apa yang harus diajarkan dan metode-nya seperti apa. Nah kan, sebuah grup belajar tidak selalu mengajarkan materi, bahkan lebih dan lebih lagi. Arti pertemanan juga bisa ditemukan.

Beberapa bulan setelah tugas pertama selesai, dan grup BJB pada akhirnya dibekukan, aku ikut kelas Bahasa jepang online yang diadakan oleh Senpai-ku semasa SMA. Ajaibnya, aku diminta membantu untuk mengajar. Padahal aku merasa ilmu-ku jauh lebih sedikit daripada teman-teman yang akan aku ajar di kelas. Tidak lama dari sana, aku juga ditawari untuk mengajar privat lagi. Kali ini tetangga. Meski yang diajarkan adalah materi dasar, tetap saja aku juga harus belajar. Setiap malam, aku belajar karena tidak mau mengecewakan mereka.

Sekarang aku tidak pernah lagi berpikir, “Untuk apa belajar Bahasa Jepang?”. Karena aku belajar bukan atas dasar tuntutan, ini semua murni karena aku yang membutuhkan. Masalah untuk apa, atau akan di bawa ke mana, itu biarlah aku pasrahkan kepada Yang Maha Kuasa. Aku hanya perlu belajar dengan iklas dan tekun. Seperti apa hasilnya nanti, tergantung usahaku saat ini. Kayak istilah yang sering diucapkan orang tua di tanah sunda; “da elmu mah moal beurat mamawa.” (Ilmu nggak berat dibawa). Jadi selagi masih muda, kenapa tidak sih mempelajari banyak hal? Dan percayalah! Bahasa Jepang itu menyenangkan! Meski aku tidak menampik keadaan bahwa, ‘menyenangkan tidaknya sebuah pelajaran tergantung dari siapa yang mengajarkannya’. Tetapi kalau kita suka, mau sesulit apapun juga pasti bisa. Kuncinya percaya, berusaha, dan berdo’a.

Dan aku meraba ke dalam hati, apakah alasanku untuk belajar masih untuk orang yang sama?

Aku sendiri terkejut akan jawabannya; Tidak. Aku belajar, untuk diriku sendiri.

Tanpa sadar, waktu perlahan mulai mengikis tujuan. Mungkin belajar ini diawali dengan niat yang tidak benar. Niat hanya karena ingin diakui dan ingin menyejajarkan diri dengan orang yang disukai. Tetapi entah sejak kapan tujuanku mulai berubah, aku bahkan tidak sadar. Semua bergerak secara wajar menuju arah yang lebih alami.

Jadi kalau kalian ada yang tanya, “Kenapa suka bahasa Jepang dan masih mempelajarinya?” Coba baca ini.

Kepanjangan, Kak Riizhu?

Ini sekaligus bayar utang karena aku murid siklus pertama yang belum pernah setor rubrik T.T


*****

Irsat Hanafi


[ Jepang, Aku Datang ]

Masih seperti mimpi kalau kedua kaki ini pernah menginjak negeri sakura, menikmati indahnya budaya yang melekat dengan kehidupan modern.
******************************************************************
Aku menyukai hal-hal yang berbau jepang sejak menempuh sekolah menengah atas, kala itu aku mengikuti kelas lintas minat bahasa jepang. Meski sebelumnya belum memiliki dasar-dasar bahasa jepang, aku memberanikan diri untuk memilih kelas itu. Di kelas ku terdapat teman-teman yang sudah menguasai bahasa jepang, setidaknya mereka sudah fasih mengucapkan sapaan atau pun percakapan sehari-hari dalam bahasa jepang, sempat bingung dengan apa yang mereka bicarakan, akhirnya aku berselancar didunia maya untuk mempelajari bahasa jepang. Kesan pertama yang membekas adalah susah banget bahasa jepang. Apa yang tertulis berbeda dengan apa yang dibaca, menurutku ini bukan sekedar huruf tapi sandi. Lalu, aku membeli senjata berupa kamus bahasa jepang. Dengan kamus itu aku mempelajari huruf-huruf hiragana dan katakana serta arti dari beberapa kata yang sering di gunakan dalam percakapan. Dalam kelas lintas minat, sensei kami tidak hanya mengajarkan tentang bahasa saja tetapi juga sejarah dan budaya jepang. Seiring berjalannya waktu, Aku makin menyukai Jepang dan berencana untuk berkuliah di Jepang. Aku mempersiapkan diri untuk mengikuti tes kemampuan bahasa Jepang atau lebih dikenal dengan JLPT (Japanese Language Proficiency Test), Aku mendaftar JLPT N5 bersama teman-temanku, dan bersama mereka pula mempersiapkan diri dengan mempelajari soal-soal yang didapat dari internet. Lalu, hal buruk pun terjadi, Aku tidak jadi mengikuti tes tersebut karena ada jadwal ujian di sekolah meski tes tersebut diadakan di hari minggu dan ujian di sekolah hari senin, namun lokasi tes JLPT berada diluar kota sehingga membutuhkan waktu yang panjang untuk pergi dan pulangnya. Dalam hati, sayang sekali tidak jadi tes padahal sudah membayar juga.
*********************************************************************
Di akhir masa SMA ku, Aku pun sibuk mencari penawaran beasiswa kuliah di Jepang. Dan Aku menemukan dua program beasiswa yang menurutku sangat menarik karena tidak hanya memberikan beasiswa untuk perkuliahan, tetapi juga memberikan tunjangan hidup selama berkuliah. Kedua beasiswa itu adalah program Mitsui Bussan dan Monbukagakusho. Pembukaan program Mitsui Bussa dilakukan lebih awal dari pada Monbukagakusho, tanpa menunggu lama akhirnya Aku mendaftar program Mitsui Bussan, di program ini di syaratkan bahwa minimal nilai rapor pada mata pelajaran tertentu seperti matematika tiap semesternya adalah 80. Aku terkendala dengan syarat itu karena pada semester pertama dikelas 11 nilai matematika ku 79. Betapa menyesalnya Aku saat itu, Harus mati saat genderang perang baru saja ditabuh. Setelah kelulusan SMA akhirnya program Monbukagakusho membuka pendaftaran, program ini tidak mensyaratkan nilai rapor tetapi nilai ujian nasional, kali ini aku bisa bernapas lebih lega. Akupun mendaftar secara mandiri, setiap berkas yang harus dikirimkan Aku persiapkan dengan baik. Lalu aku mengirim berkas-berkas itu melalui kantor pos dengan layanan pos ekspress dengan harapan berkas tersebut sampai sebelum tenggat waktu yang ditentukan. Setelah berkas tersebut berada di tangan lembaga pengiriman itu, Aku hanya bisa tawakal dan terus berdoa.
******************************************************************
Selain mendaftar program beasiswa itu, Aku juga mengikuti Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri atau SBMPTN, mengapa SBMPTN?. Sudah jelas alasanya, karena Perguruan Tinggi yang aku daftar melalui Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri atau SNMPTN atau juga jalur undangan terlalu angguh untuk menerimaku. Dengan isi kepala yang terus mencoba berpikiran positif muncullah sebuah motivasi "Ketika satu pintu tertutup, maka akan terbukalah pintu lain yang terbaik untukmu, karena apa yang kamu inginkan kadang bukan sesuatu yang kamu butuhkan".
*******************************************************************
Dalam kegelisahan menunggu hasil kedua program yang aku jalani itu, tibalah tanggal dimana Monbukagakusho mengumumkan siapa-siapa saja yang lolos seleksi berkas dan berhak mengikuti ujian tulis. Dan, apa yang terjadi ? di berkas pengumuman yang dikirimkan melalui email itu deretan angka yang merupakan nomer pendaftaranku berbaris rapi berurutan dengan nomer peserta lain. Ya, Aku lolos seleksi berkas. Aku memilih Surabaya untuk lokasi ujian tulisku. Selang beberapa hari, Pengumuman SBMPTN juga muncul, Alhamdulillah Aku diterima di program studi Teknik Elektro Universitas Gadjah Mada. Kebimbangan pun mencuat, Aku memutuskan untuk berdiskusi bersama kedua orang tua, meski sejak awal mereka mendukungku untuk berkuliah dijepang, kini mereka lebih mendorongku untuk memilih berkuliah di UGM saja yang sudah jelas kalau Aku diterima, menurut Ayah beasiswa itu masih banyak tahapannya dan juga jika pun diterima maka keberangkatan juga akan dilaksanakan satu tahun kemudian dan juga setelah tiba disana belum langsung berkuliah, harus sekolah bahasa dulu. Dan keputusan yang berat akhirnya harus aku pilih. Menjadi Gadjah Mada muda
**********************************************************************
Ketika berkuliah di UGM, Aku masih tetap berkeinginan untuk belajar dijepang. Aku juga masih terus melatih bahasa jepangku, meski ada rintangan yang harus aku hadapi saat ini, yakni di sebut sebagai VVIBU. aku juga bingung dengan sebutan itu. apakah salah belajar bahasa Jepang. Namun apapun yang terjadi, Aku tetap melatih bahsa Jepangku. Menjadi mahasiswa juga mendukung laju informasi yang aku butuhkan sehingga menunjang apa saja yang ingin aku pelajari. Selain belajar di perkuliahan, Aku mengikuti tim yang bernama Bimasakti UGM. Bimasakti adalah tim yang terdiri dari mahasiswa UGM yang kegiatannya mendesain, memproduksi, dan menguji mobil formula. dan Bimasakti memperlombakan mobil yang dibuatnya di kompetisi Student Formula Japan. Jujur, motivasi awal aku mengikuti tim ini adalah pergi ke jepang. Dan ya, pada awal september 2018 yang lalu, Allah mengizinkan aku untuk terbang menuju negeri matahari terbit itu. Alhamdulillah

Untuk Lulu Intan Fatmawati Indah Devia Wobsi Prawiraa Sidabutar dan teman-teman lainnya yang tidak dapat kusebutkan satu persatu mari tulis cerita kamu dan bahasa jepang dan bagikan bersama Bahasa Jepang Bersama

Irsat hanafi

Irsat hanafi 2

Irsat hanafi 3

Irsat hanafi

Irsat hanafi 5

Irsat hanafi 6


***

Risma Rahmawati

Aku dan Bahasa Jepang

Jepang merupakan salah satu negara maju di kawasan Asia. Walaupun luas wilayah negara Jepang tidak seluas Indonesia, tetapi sumber daya manusianya sungguh luar biasa. Negara yang memiliki julukan Negeri Sakura ini memiliki berbagai hal yang bisa dikatakan sangat menarik, mulai dari industri, budaya, bahasa, hingga pola hidup masyarakatnya.

Mula-mula, saya mengenal Jepang dari serial anime-nya. Saya menyukai anime sejak kelas VIII Sekolah Menengah Pertama (SMP). Perlahan-lahan dari anime, kemudian merambah ke musik-musik Jepang, hingga kini tertarik untuk mempelajari bahasanya.

Ketika di Sekolah Menengah Atas (SMA), saya bergabung dalam sebuah ekstrakurikuler jejepangan bernama Japanese Club Nanairo Symphony. Di klub kecil ini, kami bisa saling bertukar pikiran tentang anime-anime terbaru. Kami juga menggambar karakter anime dan menulis artikel tentang budaya Jepang untuk dipajang pada mading sekolah. Setiap hari Kamis, kami belajar bahasa Jepang bersama-sama yang dipandu oleh Vika-sensei. Materi yang diajarkan pun masih sangat dasar, seperti cara menulis hiragana, katakana, Jikoshoukai, Aisatsu, Kata Tunjuk Benda (KoSoADo), dan masih banyak lagi. Ketika naik ke kelas XII, siswa sudah tidak diperkenankan mengikuti kegiatan ekstrakurikuler karena harus fokus untuk menghadapi ujian nasional. Dua tahun memang terasa singkat, tetapi ini merupakan dua tahun yang bermakna karena inilah titik permulaan saya belajar bahasa Jepang.

Di sela-sela kesibukan sebagai anak kelas tiga, saya tetap berusaha untuk belajar bahasa Jepang. Hingga suatu hari, saya menemukan sebuah grup Belajar Bahasa Jepang Bersama N3. Pada awalnya, saya tidak mengerti 'Apa itu sebenarnya N3?' Kemudian, setelah menjelajahi laman-laman di internet akhirnya saya mengerti tentang N3. Saat itu, saya baru tahu kalau ternyata bahasa Jepang juga memiliki tingkat pelevelan. Dari grup inilah, perlahan-lahan wawasan saya menjadi lebih luas dibandingkan sebelumnya. Karena banyaknya pemula yang salah masuk grup, termasuk saya. Akhirnya, moderator dari grup ini memberikan rekomendasi bagi para pemula untuk bergabung dengan grup Belajar Bahasa Jepang Bersama Guru Orang Jepang.

Menurut saya, Grup Belajar Bahasa Jepang Bersama Orang Jepang sangat bagus karena sistemnya seperti belajar di kelas sungguhan. Materi yang akan dipelajari pun sudah terjadwal. Awalnya, saya hanya menjadi silent reader di grup ini. Tetapi, setelah Ujian Nasional usai, saya mulai aktif mengikuti pembelajaran.

Untuk saat ini, saya masih pemula alias level N0, hehehee... Tapi, saya akan tetap berusaha agar kelak bisa berada pada level menengah, bahkan ke atas. Amin.

Apabila belajar karena terpaksa, itu akan terasa menyiksa. Membayangkan materinya pun sudah sangat menyebalkan, apalagi harus mempelajarinya. Alhasil, hanya akan mengundang sakit kepala. Berbeda halnya, jika kita belajar karena benar-benar suka dengan apa yang dipelajari. Apabila kita mempelajari sesuatu dengan dasar rasa ingin tahu, itu akan terasa menyenangkan. Jadi, nikmati saja proses demi proses serta lika-liku dalam belajar bahasa Jepang. Usaha itu tidak akan menghianati! Untuk kalian semua, tetap semangat ya! Terima kasih ^^


***

Peserta GA di Instagram

@manhoe.mikmik

Belajar bahasa Jepang bukanlah sesuatu hal yang mudah, tidak semudah membalikkan telapak tangan.

Tetapi, diri ini sangatlah termotivasi untuk belajar Bahasa Jepang, karena bahasa Jepang sangatlah menarik, dan terdengar tidak asing di telinga, ketika saya sudah sering mendengar bahasa Jepang lewat lagu-lagu, atau anime-anime yang pernah tayang di televisi lokal.

Saya belajar bahasa Jepang pertama dengan membaca Katakana. Dari judul lagu yang saya unduh, kebanyakan dari mereka menggunakan Katakana dan Hiragana. Dari situ, saya melihat Romaji dari Kana-Kana tersebut, dan menjadi tahu cara membacanya. Saya juga membaca lirik-lirik lagu tersebut, untuk membantu saya belajar Kana.

Selama hampir 2 tahun hanya sebatas di Kana, ketika saya masuk di SMA, saya beruntung bisa mendapat peminatan bahasa Jepang selama 3 tahun berturut-turut. Saya bisa lebih dalam lagi dan lebih serius lagi dalam belajar. Saya semakin aktif, dan ingin belajar lebih banyak. Terlebih, sekolah saya kedatangan seseorang dari Jepang, lewat Program Nihon-go Partners dari Japan Foundation, Rinko Tamura-sensei, yang menjadi pendamping saat belajar. Selain itu, saya juga bergabung dalam komunitas Jepang di SMA, dimana Tamura-sensei ikut berkontribusi menciptakan acara-acara di komunitas tersebut, seperti yang terlihat pada gambar, ketika saya dan teman-teman saya berkesempatan memakai Yukata.

Mengikuti lomba-lomba, saya pernah mengikuti lomba Kanji, namun tak berhasil meraih prestasi. Saya merasa kurang siap dan kecewa akan performa saya. Namun, saya tak menyerah dan mengikuti lomba berikutnya, yaitu lomba Membaca Bahasa Jepang yang diadakan di jenjang SMA se-Provinsi Sulawesi Utara. Dengan persiapan saya yang sudah cukup matang, saya berani dan Puji Tuhan bisa meraih Juara 3. Salah satu keberhasilan yang saya bangga-banggakan, sampai saat ini.

Lagi, belajar bahasa Jepang tentu tidaklah mudah. Banyak sekali Kana, terlebih Kanji yang harus bisa dikuasai. Namun, bila kita menikmati proses belajar itu, saya yakin meskipun terkadang menemukan jalan buntu, kita akan menemukan solusinya, karena kita ingin terus berkembang kedepannya.

@manhoe.mikmik


*****

@el_azham

Budaya Jepang itu menarik, begitu juga dengan bahasa, alam, kretaifitas orang-orangnya dan pendidikannya.

Sejak menyukai Jepang, saya mulai belajar untuk memahami bahasanya secara otodidak, terutama dalam hal penulisan.

Karena tidak penah mendapatkan pelajaran bahasa Jepang di pendidikan formal, saya belajar semuanya sendiri dari nol, mulai dari membeli buku tentang bahasa Jepang, membaca artikel di internet, belajar dari anime, dan media-media lain yang menyediakan pelajaran tentang bahasa Jepang, salah satunya di @bahasajepang_bersama. Dari media-media tersebut, sedikit demi sedikit saya mulai mengerti tentang Katakana, Hiragana dan Kanji.
_

Bahasa Jepang itu unik, terlebih bagi mereka yang menyukai seni. Karena setiap goresan pena dalam penulisan Kanji, menurutku dapat menggambarkan seberapa besar potensi mereka dalam hal karya seni. Bahkan ada pelajaran tentang seni menulis huruf Jepang dengan menggunakan gaya tertentu, atau dikenal dengan istilah Shodo (書遠).
_

Sebagaimana kebanyakan orang Indonesia, saya tidak menggunakan Kanji dalam penulisan sehari-hari, sehingga tidak jarang bentuk kanji yang telah dihafal terlupakan. Jadi, jika ingin menguasai sebuah bahasa, terutama bahasa Jepang, tidak ada pilihan lain selain praktik, praktik dan praktik. Tulislah kanji sebanyak yang kamu bisa. Adapun dalam mempelajari Katakana dan Hiragana, kamu bisa menuliskan text berbahasa Indonesia namun dengan huruf-huruf katakana dan hiragana, ini adalah opsi jika kamu belum bisa berbahasa Jepang. Dalam menggunakan metode ini, akan lebih asik jika kamu memiliki teman chatting yang bisa diajak praktik, atau bisa juga dg menulis diary untuk menghindari orang lain membacanya. Selamat belajar.🙏
_

Note : foto diatas adalah tulisanku, kalau ditanya cara bacanya, entahlah, intinya itu namaku. A'dzham. Waktu itu sempet ketemu Nihon jin dan minta ditulisin nama dlm bahasa Jepang😁 .



*****


@talithaindrii

Bagi diri saya, mempelajari bahasa jepang memberikan kebahagiaan tersendiri,meskipun terkadang saya merasa sedikit kesulitan.Karena saya menyukai bahasa jepang sebagai hobi.

Awal saya mengenal bahasa jepang dari menonton berbagai drama dan anime Jepang sejak kelas 6 sd.Awalnya saya hanya tertarik untuk menghafal kosakata Jepang yang biasa di pakai untuk sehari hari.Namun, rasa penasaran untuk membaca tulisan bahasa Jepang mulai tumbuh ketika saya ingin sekali dapat membaca teks teks di twitter yang berhubungan dengan info tentang anime dan Jepang.

Saya hanya dapat menghafal separuh tulisan dari hiragana dan hingga akhirnya semangat untuk mendalami bahasa jepang dalam diri saya semakin kuat karena saya mendapatkan bahasa jepang sebagai bahasa peminatan di sekolah.Meskipun saya hanya mendapat 1 tahun pembelajaran bahasa Jepang, saya tidak berhenti untuk mempelajarinya. Saya belajar katakana dan bahkan saya berniat untuk mengikuti JLPT N5 meskipun saya belum paham kanji sama sekali.Maka dari itu saya selalu mempelajari bahasa jepang sedikit demi sedikit tiap harinya. Saya berniat mengikuti lomba pidato bahasa Jepang yang akan dilaksanakan Desember 2018 nanti yang bertujuan untuk mencari pengalaman dan untuk menambah ilmu bahasa jepang.

Meskipun saya belum memiliki terlalu banyak ilmu dalam berbahasa Jepang, saya berniat ingin memasuki universitas dengan jurusan satstra jepang.hal itulah yang dapat dikatakan yang paling kuat memotivasi saya untuk selalu mempelajari bahasa jepang.

Banyak kerabat saya yang mendukung saya dalam keputusan tersebut.Namun, banyak pihak lain tidak menyukai dan menyetujui keputusan saya, dengan alasan pekerjaan yang tidak menjanjikan, saya bukan berasal dari soshum dan ilmu saya tentang bahasa jepang dianggap sangat kurang.

Saya menanamkan satu prinsip pada diri sendiri.Saya merasa senang jika saya melakukan sesuatu atas kesukaan dan hobi saya, bukan dari paksaan orang lain.Saya terus mempelajari bahasa jepang untuk mencapai impian saya di masa depan dan membuktikan bahwa pendapat orang lain tentang impian saya salah.saya bisa dan saya akan selalu berusaha.

@talithaindrii


*****

@Zianasti_

Saya mulai belajar bahasa Jepang ketika saya memasuki Sekolah Menengah Atas (SMA) karena di sekolah saya ada pelajaran lintas minat bahasa Jepang. Saya sangat tertarik belajar Bahasa Jepang karena itu merupakan suatu hal yang baru bagi saya.
Saat pembelajaran bahasa Jepang dimulai untuk pertama kalinya, kami mempelajari tentang memperkenalkan diri dalam bahasa Jepang. Sensê banyak memberikan motivasi dalam belajar bahasa Jepang, meskipun itu sulit kita pasti bisa melakukannya dengan kerja keras. Saya suka dengan bunga sakura yang cantik dan indah.

Saat itu, saya dan teman saya memasuki KIR Jepang(organisasi) di sekolah kami. Pada saat itu saya mulai belajar lebih giat, pada awalnya kami mempelajari huruf hiragana dengan bimbingan dari senpai senpai di sekolah kami. Beberapa bulan pun berlalu dan akhirnya senpai lulus dari sekolah. Dan kami pun mempersembahkan sebuah lagu yang berjudul @tabidachinouta sebagai rasa terimakasih kami karena telah memberikan bimbingan kepada kami dengan senang hati. Dengan kimono yang kami buat dengan cara sederhana dan itu hanya menggunakan sehelai kain batik yang panjang,itu sangat berkesan bagi kami. Karena ini pertama kalinya kami bernyanyi lagu dari Jepang dan tampil di depan banyak orang. Ini merupakan suatu sejarah yang kami buat dengan canda tawa yang dibuat dengan rasa kekeluargaan diantara kami. Saya dan teman saya memiliki mimpi untuk bisa pergi ke Jepang bersama.

Yang memotivasi saya dalam belajar bahasa Jepang yaitu saya ingin pergi ke Jepang dan saya ingin kuliah disana serta saya ingin pergi ke Tokyodisneyland dan ingin mempunyai banyak teman di Jepang. 

Di tahun ini saya mengikuti ujian N5,ini merupakan suatu hal yang sangat saya nantikan dan saya sangat ingin mengikutinya. Tetapi karena saya telat mentransfer uang,jadinya saya tidak mengikuti ujian ini:( saya sangat kecewa karena saya sangat menginginkannya. Tapi,saya berusaha menerima kenyataan ini. Saya tidak akan pernah menyerah untuk terus belajar bahasa Jepang,saya tetap akan melakukan yang terbaik. Karena ini merupakan impian saya. Saya harus menghadapi semua rintangan untuk mimpi saya.

@Zianisti_

***

Peserta GA di Line

Alda

Assalamualaikum Wr. Wb.

Selamat pagi 💪

Disini saya akan menceritakan perjalanan dan perjuangan saya belajar Bahasa Jepang .

Saya pertama kali mengenal bahasa Jepang saat duduk di kelas 1 SMK. Saat itu saya berada di jurusan Pariwisata yang harus mempelajari bahasa Jepang. Dari awal mempelajari bahasa Jepang saya sudah sangat tertarik terlebih lagi dengan Sensei saya yang sangat cantik dan menarik hati untuk terus memperhatikan saat belajar bahasa Jepang, saya belajar mulai dari menulis hiragana, katakana, angka bahasa jepang dan nama2 hari,bulan dalam bahasa Jepang.

Sampai pada waktunya ujian tengah semester 1 (MID) saya tidak menyangka bahwa saya satu2nya siswa yang mendapat nilai 100 di kelas saya. Banyak teman2 yang tidak percaya akan hal itu mereka menuduh saya karena sudah menyontek di buku padahal, sama sekali saya tidak melakukan hal curang itu lagipula saya duduk paling depan dan selalu di perhatikan oleh sensei.

Tapi, saya tidak mendengarkan perkataan mereka masih ada beberapa teman saya yang percaya dengan saya termasuk sensei.

Setelah MID semester selesai saya di panggil untuk menghadap sensei , dan lagi2 saya tidak menyangka mendapat kesempatan untuk mengikuti Lomba Bahasa Jepang tingkat Nasional pada tahun 2016 di Bangka Belitung (saat itu saya masih kelas 1 SMK di tahun 2014) masih ada kesempatan 2 tahun untuk saya belajar dan memperdalam ilmu bahasa Jepang.

Selain jadwal belajar yang wajib di sekolah, saya juga mengikuti Ekskul bahasa Jepang dan kursus bahasa Jepang dengan sensei yang mengajari saya di sekolah.

Banyak hal yang harus saya persiapkan untuk menghadapi lomba tingkat Nasional ini di antaranya Kaiwa,Choukai, wawancara, dan menulis bahasa Jepang.

Saya pikir akan mudah bagi saya untuk mengikuti lomba ini, ternyata sangatlah sulit untuk orang seperti saya yang baru mengenal bahasa Jepang.

Tapi, saya terus berjuang untuk tetap rajin belajar walaupun saya sempat di marahi sensei saya dan saya sempat di batalkan untuk mengikuti lomba ini. Sempat ada keputusasaan dalam diri saya untuk mundur dalam lomba ini tetapi saya di beri semangat oleh orangtua,keluarga,dan teman2 saya. Saya terus giat belajar sampai saya drop dan masuk rumah sakit namun,saya tidak peduli dengan itu yang saya tau saya ingin mengikuti lomba ini karena kesempatan ini tidak akan datang kedua kalinya kepada saya.

Dan hari itu pun tiba, saya sudah mempersiapkan diri saya secara matang . Hari pertama dan kedua berjalan dengan lancar namun, di saat malam kedua saya di bawa lari ke rumah sakit karena suhu badan yang sangat dingin dan nafas saya yang sangat sesak. Dokter tidak menyarankan saya untuk melanjutkan lomba untuk esok harinya di karenakan kondisi saya yang tidak memungkinkan. Setelah mendengar perkataan dokter, seketika saya ingin bangkit lagi saya tidak mau perjuangan saya di lomba ini sia-sia. Saya pelan-pelan bangun dari tempat tidur saya dan mengatakan ingin kembali ke Hotel untuk beristirahat walaupun sempat dilarang oleh dokter namun saya bertekad untuk menyelesaikan lomba ini apapun resikonya.

Keesokan harinya saya tetap melanjutkan lomba dengan di bimbing oleh sensei saya menuju ruangan karena kondisi saya yang belum sangat pulih ( Pada saat itu Juri memberikan keringanan untuk saya dengan mengizinkan saya untuk duduk di kursi dan para peserta lain pun sudah mengetahui kondisi saya ) . Sampai pada hari terakhir lomba Alhamdulillah saya bisa menyelesaikan lomba dengan lancar.

Saya tidak berharap untuk mendapatkan juara, yang terpenting bagi saya adalah sudah berusaha semaksimal yang saya mampu dan memberikan yang terbaik untuk Provinsi saya.

Dan benar saja saya belum beruntung untuk juara namun, saya berada di nilai yang bagus walaupun tidak mendapatkan juara.

Setelah lomba itu selesai, saya tetap melanjutkan bahasa Jepang saya dan belajar lebih giat lagi untuk menambah kemampuan bahasa Jepang saya.

Saat itu saya sudah menginjak kelas 3 SMK, dan ada kabar buruk yang saya terima. Sensei kesayangan saya yang sudah membimbing saya dan mengajari saya sampai saya bisa di tahap ini akan pergi meninggalkan Indonesia 😭 beliau akan melanjutkan kuliah di Jepang. Bahagia rasanya mendengar kabar baik itu namun, kesedihan yang mendalam bagi saya dan rekan saya yang sudah di ajar oleh beliau.

Sebelum sensei meninggalkan sekolah , ia memanggil saya dan berbincang dengan saya tentang kelanjutan bahasa Jepang dan di Universitas mana saya akan melanjutkan pendidikan.

Saya mengatakan pada sensei saya bahwa saya akan melanjutkan pariwisata dengan masuk di universitas pariwisata di Yogyakarta. Namun, sensei kecewa dengan saya karena saya tidak melanjutkan bahasa Jepang tapi, sensei tidak memaksakan hak saya. Sensei hanya menyarankan saya untuk melanjutkan bahasa Jepang saya.

Waktu kian berlalu dan sensei saya telah meninggalkan Indonesia. Tekad saya untuk masuk di pariwisata tetap saya pertahankan namun, ada kendala saya yaitu izin dari orangtua dan kakak saya.

Orangtua dan kakak saya tidak mengizinkan saya untuk tetap melanjutkan jurusan pariwisata saya, kakak saya menyarankan saya untuk mengambil jalur SNMPTN .

Saat itu saya sangat down, saya harus mengubur impian saya.

Tetapi, saya teringat pesan sensei kepada saya untuk tetap melanjutkan bahasa Jepang. Saya mengiyakan permintaan kakak saya dengan mendaftar jalur SNMPTN dan memilih jurusan Sastra Jepang di Universitas Hasanuddin.

Tak di sangka saya lulus jalur SNMPTN jurusan Sastra Jepang, saya langsung memberitahukan kabar bahagia ini kepada sensei saya melalui telpon dan setelah mendengar kabar ini sensei sangat senang dan bangga kepada saya.

Perjalanan baru saya di mulai di jurusan ini, saya banyak mendapat teman2 yang sudah sangat mahir bahasa Jepang di banding saya, itu dikarenakan mereka belajar otodidak dengan melihat Anime dan drama Jepang. Disitu saya sangat minder, dasar saya sangat kurang walaupun saya sudah menguasai hiragana,katakana dan dasar lainnya di banding teman saya yang bisa berbicara bahasa Jepang dan sudah banyak kosakata yang mereka pelajari.

Selain mengenal huruf hiragana dan katakana saya juga telah mengenal huruf Kanji dan bagi saya itu sangatlah susah . Ya jika saya belajar dengan lebih giat lagi mungkin akan terasa mudah. Hehehe..

Di antara banyak teman2 saya yang belajar bahasa Jepang melalui Anime, drama Jepang dan hal2 lainnya yang berbau dengan Jepang, berbeda dengan saya yang hanya mengandalkan ilmu dasar yang saya pelajari saat SMK. Saya tidak sama sekali menyukai Anime namun, ketika saya melihat drama Jepang saya lebih tertarik pada drama Jepang di banding Anime. Namun, saat ini saya mulai menyukai anime, dikarenakan saya bergaul dengan teman2 yang kebanyakan penggemar anime, hehehe.. 😅

Hari2 sudah saya lewati tetapi,saya sadar ingin meningkatkan lebih tinggi lagi kemampuan bahasa Jepang saya. Saya mencari referensi di internet dan media sosial dan saat itu dengan tidak sengaja saya menemukan media sosial yang berisi grup belajar Bahasa Jepang yaitu @bahasajepangbersama . Untuk masuk di grup itu tidaklah mudah untuk saya, karena saya harus menunggu sekitar 2 bulan saat kelas baru kembali di buka, dengan sabar saya menunggu kelas baru di buka kembali dan pada bulan Agustus 2017 saya masuk di grup @bahasajepangbersama . Ada berbagai macam orang yang saya temui di dalam grup itu dan kebanyakan orang-orang yang sudah mahir semua. Saya menambah ilmu bahasa Jepang saya melalui grup itu dan hasilnya Alhamdulillah saya banyak mengetahui hal-hal yang belum saya ketahui sebelumnya. Namun sayangnya grup itu sampai saat ini belum kembali aktif lagi. Tetapi, masih tetap membagikan materi-materi yang berkaitan dengan bahasa Jepang.

Saya telah melewati semester satu saya dengan nilai IPK yang memuaskan. Dan setelah itu,saya menjalani semester dua dengan penuh banyak tantangan lagi . Saya harus menghafal ratusan kanji di semester ini. Semakin jauh semakin sulit untuk saya memahami bahasa Jepang namun, saya tidak akan berputus asa. Di semester dua ini IPK saya menurun dikarenakan ada satu mata kuliah yang nilainya sangat tidak memuaskan, disitu saya sangat kecewa karena tidak sesuai dengan apa yang sudah saya berikan di mata kuliah itu. Tetapi, saya sadar saya tidak mungkin terus2san berada di zona yang nyaman. Saya tidak terus berputus asa dan mengikuti Lomba pidato bahasa Jepang tingkat Sulawesi Selatan dan dengan jerih payah saya sendiri, saya mendapat juara Favorit, walaupun begitu saya tetap bersyukur atas apa perjuangan yang sudah saya lakukan. Saat ini saya terus mengasah kemampuan saya dengan lebih banyak lagi mencari referensi yang sangat bermanfaat untuk peningkatan bahasa Jepang saya dan mencari cari grup belajar bahasa Jepang yang akan membantu saya lebih mudah lagi di luar saya menimba ilmu di universitas.

Prinsip saya adalah menekuni apa jalan yang sudah berani saya ambil apapun itu resikonya , terus bersabar dan tetap senantiasa berdoa kepada Allah yang maha kuasa. Tak ada pengusaha yang sukses tanpa melalui proses yang panjang, begitupun dengan saya. Saya ingin mencapai kesuksesan itu dengan peluh keringat dan perjuangan saya.

Alda

Alda 2


*****

Pram

Aku Dan Bahasa Jepang

Halo namaku Pramudinta, kali ini saya akan bercerita tentang pengalamanku belajar bahasa jepang. Tapi sebelum itu, aku ingin menceritakan kenapa sih saya belajar bahasa jepang? Nah cerita berawal usai UN SMP sekitar tahun 2015.

Saat setelah UN, sekolah tetap menganjurkan murid-muridnya untuk masuk sekolah. Saat itulah saya bingung harus melakukan apa namun karena teman sebelah saya ada yang menonton anime, saya coba ikut menontonnya. Waktu itu teman saya menonton anime 'ansatsu kyoushitsu'. Pada awalnya saya berpikir “Apaan sih ini anime, ada benda kuning aneh larinya cepet amat” lama-kelamaan saya menonton, anime ini terasa seru. Saya pun mencoba menonton anime yang lain.

Saat masuk SMA, disinilah tahap dimana saya benar-benar belajar bahasa jepang. Karena kebetulan di SMA saya dapat memilih lintas minat bahasa jepang dan ekskul bahasa jepang. Awalnya saya menikmati belajar bahasa jepang. Bahkan di kelas, saya bisa dibilang salah satu murid terbaik pada saat itu. NBelajarBahasaJepana, saya tidak dapat belajar bahasa jepang lagi di kelas karena lintas minat telah diatur oleh sekolah. Jujur, saat itu saya agak kecewa karena saya merasa sangat tertarik belajar bahasa jepang.

Saat awal saya belajar, banyak ujian dalam belajar bahasa jepang karena stigma masyarakat masih menganggap orang yang belajar bahasa jepang itu aneh seperti “wibu ya”, “bau bawang”, dan sebagainya. Akhirnya saya juga sempat 'down' karena perkataan-perkataan tersebut akhirnya saya pun berhenti mempelajari bahasa jepang. Sampai suatu ketika teman saya yang suka bahasa jepang sudah memperoleh tingkat N3. Saat itu saya merasa iri karena saya belajar lebih dulu dari dia tetapi dia sudah lebih maju dari saya. Saya pun menyesali karena dulu sempat berhenti mempelajari bahasa jepang.

Akhirnya sayapun berhenti belajar bahasa jepang agar fokus belajar untuk SBMPTN dan melanjutkan pendidikan ke bangku perkuliahan. Saya memilih bahasa jepang di pilihan kedua saat ujian. Awalnya, saya berniat memilih bahasa jepang di pilihan pertama namun orang tua tidak menghendaki karena mereka pikir bahasa jepang itu tidak keren.

(Lalu sampai ke waktu pengumuman SBMPTN)

Pada sore hari itu, saya melihat hasil SBMPTN dan saya dinyatakan gagal. Saat itu, saya sedih dan kecewa pada diri saya sendiri. Saya cuma berbangga dengan teman-teman yang berhasil lolos ke PTN yang mereka inginkan. Tapi saya tidak sedih terlalu lama karena saya pikir itu tidak ada gunanya. Saya pun langsung mendaftar ke PTN yang masih membuka penerimaan siswa baru melalui jalur Seleksi Mandiri (SM).

Saya langsung memilih bahasa jepang di pilihan pertama kali ini. Saya juga mulai meminjam buku-buku tentang bahasa jepang ke teman-teman saya. Saya pun belajar bahasa jepang lagi dengan target minimal saya sudah punya bekal di perkuliahan nanti. Dan alhamdulillah saat pengumuman SM, saya diterima di salah satu perguruan tinggi di kota Bandung jurusan Pendidikan Bahasa Jepang. Saya sangat senang saat itu dan membuat saya semakin bersemangat dalam mempelajari bahasa jepang sampai sekarang. Walaupun saya belum lama memulai kembali belajar bahasa jepang, saya bertekad membuktikan ke semua orang yang dulu mengejek saya bahwa saya bisa sukses dengan bahasa jepang.


*****

Nando Azriel

こんにちは皆さん
私の名前はナンドアズリエルです
私は学生です
今、ここに私は日本語を勉強した経験について教えてくれますよ。

aku mulai menyukai bahasa jepang ketika mendengar lagu akb48 yang berjudul 「心のプラカード」lalu aku mencari liriknya dan aku suka dengan bahasa jepang

akhirnya aku mempelajari bahasa jepang di sekolahku dengan mengikuti klub bahasa jepang hachibu, kemudian aku mencari selurub aplikasi yang berhubungan dengan bahasa jepang. akhirnya dalam waktu 3 bulan aku bisa menguasai hiragana(平仮名) dan katakana(片仮名), setelah itu aku mempelajari bahasa jepang dengan aplikasi yang dibuat dan diajari oleh Erdy Wei-sensei dan akhirnya dalam waktu 2 bulan aku menguasai banyak kanji yang berawal dari lagu-lagu jepang, teman, barang dari jepang, dan segala yang menggunakan bahasa jepang.

walaupun banyak kendala di dalam mempelajari bahasa jepang seperti : dikatain wibu, orang tua tidak mendukung dan kemalasan ketika mempelajari kanji, dan kesibukan di dalam kehidupanku apalagi aku seorang siswa SMA (高校生) yang sekarang kelas 11 atau kelas 2 SMA yang materinya sudah mulai banyak dan mempersiapkan diri masuk ke perguruan tinggi

harapanku ketika mempelajari bahasa jepang aku bisa sekolah di jepang dan bisa mempunyai teman yang banyak di jepang.

teman temanku 頑張って下さいね ^_^

akhirnya aku mengetahui ada akun resmi BJB di line dan aku suka dengan materi yang diberikan.

pokoknya 私は日本語が好きですよ!
この人生は私は頑張るよ!
よし、ここまで
どうもありがとうございました
お疲れ様でした^_^
じゃ、またね

-さよなら


*****

RizaFitriyani

Nama saya Riza Fitriyani, masih duduk di bangku kelas IX. Pertama kali saya mempelajari bahasa Jepang, ketika saya duduk di bangku kelas X. Bisa dibilang selama satu tahun ini saya suka dan tertarik terhadap Bahasa Jepang. Alasan saya mempelajari bahasa Jepang adalah termotivasi dari perkataan sensei saya yang mengatakan dengan penuh keyakinan bahwa"Mempelajari bahasa Jepang itu mudah". Dan saya ingin membuktikan tentang apa yang dikatakan oleh beliau. Terlepas dari itu saya juga ingin menonton film drama Jepang dan anime tanpa subtitle.

Pertama kali saya mempelajari bahasa Jepang, yaitu dimulai dari gagdet, mulai dari huruf hiragana, Katakana, hingga kanji. Lalu berkembang yang tadi nya dari gagdet berubah menjadi beberapa buku tebal tentang bahasa Jepang. Ditambah les satu Minggu sekali.

Banyak suka dan duka mempelajari bahasa ini. Salah satunya adalah mengingat satu persatu huruf kanji, mulai dari penulisan nya antara satu garis ke garis yang lain harus benar. Namun terlepas dari itu saya menemukan hasil dari pembelajaran, yang tadi nya nonton film, mendengar kan musik memakai subtitle, sedikit demi sedikit itu berkurang.

Saya kali ini sedang berusaha agar nantinya bisa kuliah mengambil jurusan bahasa Jepang dan membuktikan perkataan dadi sensei.😀


*****


@말얌

@말얌
Klik gambar untuk memperbesar


*****

横道琉輝

awal mula aku tertarik belajar bahasa jepang itu sejak awal tahun 2016 saat aku tidak sengaja menemukan dorama tentang yankee jepang di internet. sebenarnya bukan karena soal yankee nya yang membuat aku tertarik tentang jepang atau bahasa jepang, tapi karena pemain yang memainkan dorama tersebutlah yang membuatku tertarik ingin sekali rasanya melihat jepang dan bahasa jepang dari sudut pandang yang berbeda.

Singkat cerita sudah sekitar 2 bulan aku menonton dorama atau film dari jepang, banyak genre yang sudah aku lewati dan banyak cerita yang sudah aku ikuti. Namun aku berfikir, jika Cuma nonton saja rasanya tidak cukup, maka dari hari itu aku memutuskan buat belajar bahasa jepang dab menekuni nya dengan harapan kelak aku bisa nonton dorama atau film jepang tanpa subtitle.

Sebenarnya bahasa jepang adalah bahasa kelima yang aku pelajari, sebelumnya aku sudah mempelajari bahasa jawa, indonesia, inggris dan perancis. Namun dari keempat bahasa tersebut yang aku pelajari levelnya rata-rata masih beginners, pasang surut keinginan dalam mempelajari bahasa asing selalu datang menghampiri diriku. Akupun pernah juga mencoba mempelajari bahasa belanda, russia, korea, jerman dan mandarin namun semuanya gagal pas awal percobaan. Jadi selama 2 tahun lebih tidak ada satupun dari semua bahasa tersebut yang benar-benar aku kuasai, aku sempat berfikir “apasih sebenarnya keinginan diriku, kenapa aku selalu belajar setengah-setengah dalam setiap bahasa, kenapa aku tidak pernah begitu serius mempelajarinya”. Ditambah lagi aku melihat orang-orang yang baru mulai belajar perkembangannya sudah begitu pesat dan aku cuma sampai disitu-situ saja, hal tersebut membuatku merasa bahwa apa yang aku lakukan selama hampir 2 tahun ini rasanya Cuma sia-sia saja.

Akhir-akhir ini aku mulai mencoba kembali mempelajari bahasa jepang dan masuk kedalam grup-grup bahasa jepang yang aku ketahui. Namun, beberapa grup bukanya belajar bahasa jepang malah jadi tempat curhat masalah pribadi dan lebih banyak oot nya daripada pembahasan materi nya. Bagiku hal tersebut bukanlah masalah besar tapi aku punya kebiasaan jika sudah terlanjur menyimak pembicaraan yang ada didalam grup maka aku akan terlena dan lupa lagi awal tujuanku itu apa. Tetapi bukan berarti grup tersebut berdampak buruk bagi proses pembelajaranku, karena terkadang aku mendapatkan ilmu-ilmu yang jauh lebih bermanfaat daripada Cuma materi bahasa jepang saja. Contohnya adalah jika kita menginginkan sesuatu maka kita jangan Cuma bilang ingin ingin saja tetapi lakukan dan perjuangkan, jika kita tidak memperjuangkan hal tersebut maka itu akan Cuma jadi omong kosong belaka. Tidak ada manusia yang terlahir langsung jadi orang yang hebat semuanya membutuhkan proses. jangan membandingkan dirimu dengan orang lain karena setiap orang memiliki proses yang berbeda-beda dalam mencapai tujuannya.

Baru kemarin aku diajakin videocall an dalam sebuah grup bahasa jepang dan salah satu sensei nya itu asli orang jepang, sebenarnya itu adalah pertama kalinya aku melakukan videocall dalam sepanjang sejarah hidupku. Rasa gugup, tidak percaya diri menghampiri diriku dan akhirnya aku tidak bisa berbicara banyak disitu tetapi sensei menyemangatiku untuk tidak mudah menyerah dalam belajar bahasa jepang. Dan kini aku bertekad dalam hatiku bahwa aku tidak mau menyianyiakan waktu yang diberikan sensei untuk ku dan beberapa member grup lain dan berusaha lebih giat lagi dalam belajar bahasa jepang supaya kelak aku bisa membuktikan bahwa waktu dan ilmu yang sensei luangkan dan sisihkan untuk diriku itu tidaklah sia-sia dan akan aku simpan kata-kata sensei sebagai motivasi supaya kelak aku bisa menemui dirimu dan mengobrol secara langsung untuk mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya.

*****

Irfan

Aku dan Bahasa Jepang

Perkenalkan namaku Irfan, sekarang aku sedang berjuang di jepang. Aku akan menceritakan perjuangan yang cukup lama agar bisa meraih impian untuk pergi ke jepang.

Awal aku mengenal bahasa jepang itu adalah ketika Aku duduk di Sekolah Menengah Atas kelas 1, Aku bersekolah di Salah satu sma swasta yang berlokasi di bandung. Bersamaan kenal dengan bahasa jepang aku juga pertama kali mengenal anime, yang pertama aku tonton adalah “Death Note”. Aku mulai menyukai anime tetapi aku belum menyukai bahasa jepang, jadi ketika sma ini aku tidak tertarik dan tidak belajar serius. Singkat cerita aku lulus sma, tetapi karena kurangnya informasi mengenai perguruan tinggi (snmptn, sbm dan lain-lain ), aku tidak mengikuti ujian masuk perguruan tinggi negeri manapun, ketika aku sma aku jurusan ipa, karena itu ketika lulus sma aku berkata dalam hati “lulusan ipa, masa masuk jurusan ips? Kan aneh bro, coba iseng ah nyoba masuk jurusan bahasa jepang”. Diputuskan lah aku memilih jalan berbeda dari orang lain dan aku pun menentang ayahku. Ayah ku awal nya tidak mengizinkan aku masuk jurusan bahasa jepang, tetapi setelah aku bujuk beliau mengizinkan nya.

Masuk lah aku ke perguruan tinggi swasta di bandung, tanpa melalui ujian karena kebetulan nilai bahasa inggris di raporku bagus. Aku benar-benar mulai tertarik dengan bahasa jepang, aku mulai mencari aplikasi untuk belajar bahasa jepang. Aku mengunduh aplikasi sejuta umat yaitu “obenkyo”, aku belajar dengan sungguh-sungguh, hingga dalam hitungan seminggu aku hapal semua huruf hiragana dan katakana. Tidak lama kemudian kuliah pertama pun dimulai, aku yang sudah hafal huruf kana bisa santai mengikuti pelajaran dasar, lanjut ketika belajar kanji, apa itu kanji? Aku belum pernah belajar yang namanya kanji, ketika itu aku masih ingat, sensei menulis kanji 「愛」dan menanyakan pada murid sekelas kanji itu dibacanya apa, sontak murid sekelas menjawab “ai!!”, tetapi aku hanya bengong dan ketika itu emang benar-benar tidak tahu kanji tersebut dibaca apa. Aku mulai tertarik dengan kanji !. Aku membuka aplikasi “obenkyo” lagi dan ada daftar huruf kanji yaitu Jlpt5, Jlpt4 hingga Jlpt1 dan ada “additional kanji”. Aku pikir Jlpt1 kanji paling dasar, ketika aku buka aku berukata “buset dah ini apaan ribet-ribet amat”, iya aku salah paham, ternyata dasarnya itu dari Jlpt5. Aku belajar dari sana melalui quiz, dalam 3 hari aku benar-benar bisa menjawab semua nya, benar 50 dari 50 soal, aku rasa “aku sudah lulus Jlpt5”. Dalam waktu bersamaan aku mulai paham apa itu JLPT dan peran nya dalam bahasa jepang. Tanpa ba bi bu aku dan teman ku langsung mendaftar JLPT, ketika itu aku semester 2, aku dan temanku mendaftar JLPT N4, karena kami berdua sudah yakin dengan kemampuan kami bahwa kami harus melompati JLPT N5. Tetapi, ketika semester 1 dan 2 aku banyak bolos sehingga ipk ku pun cuman 1,... sekian. Tetapi karena aku masih menyukai kanji sampai semester 4, mulai dari semester 3 pun aku pernah dipanggil “master kanji” oleh teman-teman sekelasku. Mengapa? Karena tiap ujian kanji aku tidak pernah menghapal tapi selalu mendapatkan nilai yang lebih besar dari teman-teman sekelas lainnya yang menghapal ketika sebelum ujian.

Perjalanan dimulai, ujian dilaksanakan di Jakarta, 3 hari sebelumnya kami touring berdua ke rumah tante temanku dengan berbekal laptop dan buku-buku pelajaran. Eh bodohnya kami bukannya belajar, 3 hari kami habiskan dengan bermain permainan moto gp di laptopku. Ketika ujian pun bodoh nya aku tertidur ketika sesi choukai, aku sudah minder aku kira tidak lulus tetapi ternyata lulus meskipun skor ku kecil. 2 tahun kemudian, aku ditawari beasiswa oleh wali kelas ku, aku mengambil nya dan ketika tahu bahwa hanya aku satu-satu nya calon penerima beasiswa yang masih kuliah, yang lainnya ada yang ex-kenshuu, ada yang interpreter dan rata-rata semua sudah menjadi alumni atau sudah lulus kuliah, aku mulai minder dengan kemampuan diriku sendiri. Tetapi rejeki siapa yang tau, dari 15 orang yang ikutan beasiswa ini yang berangkat ke jepang berjumlah 8 orang termasuk AKU!. Ohiya ketika mengetahui beasiswa ini aku mengambil N3 dan dilaksanakan di bandung dan aku ketiduran lagi -_- ketika mengerjakan sesi dokkai. Aku mencoba untuk belajar dan aku pun membeli buku gakushudo di gramedia, tapi hasilnya? Apa yang aku hapalkan tidak ada satupun yang keluar di ujian!! Aku kesal dan berfikir buang-buang duit saja! Semenjak itupun aku menjadi malas belajar. Tetapi tidak disangka ternyata aku lulus!!!! Tepat pengambilan sertifikat sehari sebelum ke jepang, dan aku pun membawa sertifikat yang ku punya ke jepang. Aku di jepang bersekolah di sekolah kejuruan di daerah yokohama berjurusan bahasa jepang.

4 bulan kemudian JLPT pun dilaksanakan, ketika itu h-1 aku kebingungan mengisi formulir nya dan aku tidak punya foto yang sudah di cetak, maka aku mengurungkan niatku untuk mengikuti N2 disaat itu. Memang buang-buang uang sekali daftar itu sekitar 5500 yen! Mahal kan? Sayangnya teman-teman seperjuangan dari indonesia semua tidak lulus, aku pun minder mereka saja yang lebih berpengalaman dari aku tidak lulus apa kabar aku? Singkat cerita aku daftar dan mengikuti JLPT sesi ke 2 di bulan 12. Sebelum JLPT belajar kah? Tidak, karena kecapean baito aku tidak belajar sama sekali dan ketika sebelum ujian pun aku hanya chat group line saja. Uniknya aku lulus dengan skor paling tinggi di antara teman-teman yang lain. Ya aku pikir “tuhkan soal gini-gini doang ga belajar juga allright” xD.

Waktu bergulir dan kembali tiba JLPT sesi 1, aku tidak mengikuti nya karena aku tahu aku tidak akan belajar lagi dan cukup memerhatikan dengan serius ketika mengajar di kelas saja, N2 pun aku juga mengandalkan ingatan ku saja. Sayangnya 1 tahun setengah berlalu di jepang aku sama sekali tidak belajar dirumah, aku hanya hanya belajar di sekolah, (di sekolah tempat untuk belajar dan di rumah waktu nya untuk istirahat bukan?) Tiba saat nya tinggal 3 bulan lagi JLPT sesi 2 akan dilaksanakan. Sesuai rencanaku aku akan mengambil JLPT N1 dan yah aku pun dengan pede nya hanya mengandalkan ingatanku saja. Lulus kah ? Kita tunggu saja tanggal main nya.

Dan tersisa 6 bulan aku di jepang, aku akan mulai belajar sungguh-sungguh karena aku tidak mau kedatanganku ke jepang terbuang sia-sia karena hanya aku malas untuk belajar dan aku mau mengejar cita-cita ku yaitu menjadi seorang 「声優」seiyuu atau voice actors.

この半年で精一杯頑張ります!

Irfan 1

Irfan 2

Irfan 3

Irfan 4

Irfan 5

Irfan 6

Irfan 7

Irfan 8

Irfan 9

Irfan 10

Irfan 11


*****

Riri

Mereka yang Menginspirasiku

Perjalanan belajar bahasa Jepang? Sejujurnya sih, tak ada yang menarik dari caraku belajar bahasa Jepang selama ini. Namun yang menarik, adalah mereka yang ku temui dalam belajar Bahasa Jepang.

Kalau boleh jujur, jika aku tidak bertemu dengan Bahasa Jepang, maka aku sangatlah merugi. Karena begitu banyak orang-orang yang menginspirasi di dalamnya. Aku bukan apa-apa tanpa mereka. Yah, walau sekarang juga bukan apa-apa, sih.

Awal belajar Bahasa Jepang, aku mempelajarinya secara autodidak. Karena penasaran dengan apa yang selalu dibicarakan temanku saat SMP, Feby, pada kakak kelasnya. Hanya aku yang tidak mengerti apa yang mereka bahas. Karena aku ingin mengerti, jadilah itu kali pertama setelah sekian lamanya tidak menonton anime. Anime saat itu adalah Sword Art Online.

Pertamakali menonton anime itu, aku agak kebingungan. Aku tak biasa menonton film bahasa asing dengan subtitle. Terkadang aku harus mengulang episode itu berkali kali untuk paham maksud dari satu episode itu. Namun, entah kenapa aku menjadi jatuh cinta pada segala aspek anime itu. Mulai dari opening song, karakter, ending song bahkan sampai ku cari pelaku suara yang berperan.

Setelah itu, Feby memberikanku anime lagi, Naruto. Siapa yang tak kenal Naruto? Bahkan Ibuku saja, ketika aku sedang menonton anime, selalu menyebutnya Naruto, padahal yang ku tonton adalah anime lain.

Seperti yang kalian tahu, dalam opening dan ending song anime Naruto, selalu ada lirik dengan kanji yang disertai furigana. Itulah pertamakalinya aku belajar Bahasa Jepang selain kaiwa. Aku mulai mencatat semua huruf yang muncul dalam opening dan ending songnya. Bahkan aku tak membedakan antara Hiragana dan Katakana. Sampai bingung sendiri, mengapa huruf "a" ada dua dan sebagainya. Aku sendiri adalah anak yang kurang mampu kala itu. Jadi aku tidak pakai internet untuk mencari info yang ternyata huruf itu dibagi menjadi katakana dan hiragana.

Bahkan aku baru tahu perbedaannya ketika melihat video yang sudah lama sekali ku download yang berjudul "Ameba Piko: Asal Ngomong (toyota-sushi-sashimi)". Ketika menonton video itu, tabel hiragana dan katakana lewat. Langsung ku catat huruf yang beda itu.

Lulus SMP, aku masuk SMA. Namun, aku masuk pesantren saat itu. Pesantrennya sangat tidak kondusif. Aku menjadi anak 'nakal' dalam sekejap karena banyaknya peraturan yang mengekang dalam situasi yang tidak kondusif. Aku menempati pesantren yang salah saat itu.

Dalam masa-masa nakalku, aku selalu duduk di barisan paling belakang, hanya berdua dengan temanku. Berbeda dengan temanku, ketika guru menjelaskan, dia memperhatikan. Sedangkan aku, malah menulis lirik lagu berbahasa Jepang yang masih ku ingat dengan menggunakan hiragana yang bahkan aku tak tau urutan menulisnya. Ketika masuk perpustakaan pun, aku membaca komik yang ada dalam perpustakaan itu. Komik Detektif Conan yang telah ku baca saat masih dirumah. Sebulan kemudian, aku memutuskan untuk keluar dari pesantren itu. Rugi? Tidak juga. Karena pesantren yang ku masuki itu gratis.

Setelah keluar pesantren, aku mencari SMA. Aku diarahkan untuk pesantren sambil sekolah kala itu. Awalnya, aku disarankan untuk masuk SMK. Namun ternyata, di dekat pesantren itu, ada SMA Negeri. Aku dan Ibuku memberanikan diri untuk bertanya tentang pendaftaran sekolah itu. Terkejutnya lagi, aku melihat ada kelas "Bahasa" yang juga mempelajari Bahasa Jepang. Begitu senangnya aku, sampai aku bilang, aku mau masuk kelas Bahasa.

Lalu aku diterima menjadi murid SMAN 13 Kabupaten Tangerang. Aku menjadi murid pindahan yang dikira bandel saat di pesantren. Ya, memang sih.

Betapa bahagianya aku, baru sekitar dua hari pindah, Japan Club membuka rekrut anggota. Tanpa basa-basi aku langsung mendaftar.

Disinilah pembelajaran Bahasa Jepangku dimulai.

Aku masuk Japan Club bertemu dengan orang-orang aneh. Aneh dan unik. Yang membuatku bisa nyaman berada di dalamnya.

Bertemu dengan sensei yang baik nan cantik, Dwi-sensei. Cara beliau mengajar sangatlah menarik. Membuat anak-anak suka dengan bahasa Jepang. Ia membuat lagu-lagu untuk menghafal, misalnya menghafal hari, tanggal dan kata perintah. Cara belajar menggunakan lagu pun masih ku pakai sampai sekarang untuk teman-teman belajarku.

Dwi-sensei sangatlah baik dan berambisi. Sampai muridnya tidak ada yang tahu kalau beliau akan pergi ke Jepang. Yang berarti, akan ada guru pengganti untuk itu. Kami siswa beliau sangatlah sedih tentunya. Karena aku mengira bahwa yang akan jadi guru pengganti, pasti tak sebaik Dwi-sensei dalam mengajar maupun berinteraksi. Kami, Japan Club pun mempersembahkan lagu untuknya.Kiroro-Mirai e. Aku dan temanku sampai menangis saat melepasnya. Walau kami tahu, tahun depan masih akan bertemu dengan beliau.

Mulai dari sini, aku melanjutkan perjalanan belajar bahasa Jepang bersama Iin-sensei. Beliau baru pertamakali menjadi seorang guru, dan tahukah kalian? Beliau masih belum biasa di panggil dengan sebutan "sensei". Namun seiring berjalannya waktu, tentu beliau akan terbiasa, bahkan sekarang ketika bersama murid-muridnya, beliau menyebut dirinya "sensei". Seperti "sensei juga kok ngerasa gitu" atau percakapan lainnya.

Iin-sensei ini sangat menginspirasiku. Beliau menjadi pembina Japan Club dan menginspirasi anak-anak lainnya. Ada suatu waktu, ketika Japan Club tidak di biayai oleh sekolah untuk mengikuti perlombaan. Dan apa yang beliau lakukan? Kita tetap berangkat dengan sokongan uang dari beliau. Padahal kami tahu, gajinya tidak besar.

Beliau juga rela menyita waktunya untuk membina anak-anak yang mau ikut perlombaan. Bahkan membuat grup belajar bagi anak-anak yang tertarik ikut JLPT. Beliau adalah orang yang sangat bersahabat, sehingga ketika bersamanya, kami merasa beliau adalah sahabat kami, bukan guru kami. Namun, tetap tak menghilangkan kehormatan beliau sebagai guru tentunya.

Perjalanan dalam menjadi guru, sangatlah menginspirasiku. Awal beliau mengajar, rumor yang kurang baik tentang beliau menyebar di kelasku. Aku tentu tak bisa tinggal diam. Aku meyakinkan teman-temanku bahwa beliau tak seburuk yang mereka kira. Semester awal beliau mengajar, masih ada jarak antara murid kelasku dengannya. Dan tahukah apa yang terjadi? Saat aku naik kelas 12, semua teman sekelasku menjadi sangat menyukainya. Bahkan, bahasa Jepang mendapat tempat di hati para siswa karena beliau. Hari Jum'at menjadi hari yang lebih menyenangkan karena adanya beliau untuk mengajar.

Saat Dwi-sensei kembali dari Jepang, kami turut senang sekali. Japan Club sampai membuat pesta kecil-kecilan untuk itu. Ia pergi dengan cinta dari murid-muridnya, dan pulang disambut cinta oleh para muridnya.

Beliau kembali mengajar di kelasku. Aku merasakan sebuah situasi yang tidak biasanya terjadi di kelasku pada saat pelajaran bahasa Jepang berlangsung. Suasana menjadi berbeda. Saat ku tanya temanku, mungkin karena kita sudah mulai terbiasa dengan Iin-sensei, lalu merasakan ada yang kurang dalam kelas bahasa Jepang ini. Tapi itu memang sudah biasa terjadi. Lambat laun, kita bisa cepat menyamankan diri dengan Dwi-sensei lagi.

Di dalam Japan Club ini juga terdapat orang-orang hebat. Mulai dari adik kelas. Ada adik kelasku yang saat itu membuatku berani mengambil langkah untuk ikut JLPT, padahal di angkatannya, tak ada pelajaran bahasa Jepang dikarenakan kurikulum yang masih berkembang. Dia sangat bekerja keras untuk itu. Tapi, dia masih belum lolos. Padahal, nilainya sedikit lagi untuk mencapai kriteria "lulus". Ia mencoba lagi, dan gagal lagi. Kali ini bukan karena ia kurang bekerja keras, tapi karena faktor eksternal. Tapi, ia tidak menyerah. Ia bersemangat lagi untuk lulus dalam tes itu. Semoga ujian kali ini, ia mendapat nilai yang bagus dan lulus.

Ada juga temanku. Tak dipungkiri bahwa ia pintar dalam bahasa Jepang. Bahkan ia berani mengaplikasikannya dalam berkomunikasi. Bahkan pada orang yang tak terlalu mengerti bahasa Jepang. Tapi ada suatu waktu, ketika ia mendapat yang bisa jadi adalah kesedihan terbesar dalam hidupnya. Tapi dia hanya menangis di hari itu. Ketika aku datang dan keesokan harinya pun, ia tak menangis lagi. Dia adalah orang yang sangat kuat. Dan aku sangat senang bisa berjuang bersamanya.

Ada lagi temanku, ia menemukan passionnya dalam "Speech Contest". Siapapun tahu, artikulasi dan pengucapannya sangat tepat. Ia berjuang lebih keras dari siapapun untuk itu. Tapi, entah mengapa, nasibnya tak seberuntung usahanya. Ia sering mengeluh padaku atas semua yang menimpanya. Namun itu tak menjadikan alasan baginya untuk menyerah.

Mereka adalah faktor eksternal terpenting dalam perjalananku untuk mempelajari bahasa Jepang, hingga menjadikan bahasa Jepang sebagai salah satu tujuan hidup. Tanpa mereka, bisa jadi aku tak akan seperti sekarang. Aku sangat berterimakasih pada Allah SWT. yang telah memberikanku kesempatan untuk bertemu mereka. Sebenarnya, masih banyak orang yang membuatku berdiri tegak dalam tujuanku ini, namun orang-orang yang ku ceritakan tadi sepertinya sudah mewakili mereka. Sekali lagi, terimakasih sebanyak-banyaknya dari lubuk hatiku pada kalian yang telah ku temui, kalian semua orang-orang hebat yang mengubah hidupku.


***

Bonus Hasil Tulisan Admin

Kiyu

Kiyu

Asa di Akhir Peluh

April 2017. Dan aku berada di sini, di antara peserta lain yang sedang menanti wawancara hari ini. Oh tentu, hari ini adalah hari penting untukku, hari di mana aku mungkin saja menyerah atas semua mimpiku. Mimpiku? Mimpiku ringan, namun cukup berat. Aku hanyalah gadis biasa yang bercita-cita bisa menanjakkan kakiku di negeri Sakura, Jepang. Dari kapan? Hmm... Aku tidak begitu ingat, mungkin dari aku masih berumur 4/5 tahun? Biasa, anak kecil yang suka bermain game, membaca manga dan nonton anime pasti penasaran dengan Jepang.
.
"Nomor 7, Kiyu." (Nama samaran)

Ah, Aku mendapatkan nomor urutanku. Ada yang bilang sih angka 7 itu angka cantik. Tapi tidak, aku sudah tidak mau berharap banyak lagi sejak aku mengalami penolakan di Monbukagakusho yang sudah kupersiapkan selama 5 tahun, atau mendapat undangan sastra jepang di ui seperti targetku dari kelas 10. Ah, aku sudah tidak sanggup mengingat kegagalanku untuk bisa menggapai mimpi rumitku disaat ayahku sedang di rawat di rumah sakit dan aku tidak bisa egois seperti meminta uang untuk bisa bersekolah di Jepang disaat keuangan keluarga sedang tidak stabil sampai-sampai aku bisa saja putus kuliah. Hahahaha. Aku sendiri juga tidak tahu kenapa aku bisa ada di sini, di seleksi magang ke Jepang padahal aku sudah tahu aku sudah berulang kali gagal di macam-macam hal dan menangis berulang kali karena kegagalan tersebut. Mungkin ini sebabnya aku sering dibilang keras kepala? Lalu bagaimana kalau aku menangis lagi?

Ah. Sudahlah. Aku tidak ada pilihan lain. Kali ini aku harus coba sebisaku. Meski bahasa Jepangku pas-pas an, aku harus coba belajar berbicara di ujian wawancara kali ini. Meskipun gagal, aku sudah mencoba untuk berbicara dengan bahasa Jepangku. Bagaimanapun juga belajar bahasa itu kan yang terpenting mencoba untuk berbicara.
.
"Sekarang saya akan menjelaskan soal kalau kalian lulus, kalian tidak boleh mengundurkan diri."
Dan aku mendapatkan penjelasan yang cukup panjang. Intinya, apabila lulus dari sini, aku tidak bisa mundur. Tapi untuk dicatat, ITU KALAU LULUS. Dan lihatlah sainganku, semua punya pengalaman bekerja dan aku yang paling muda di sini. Ah, tentu aku kalah telak.

Beberapa saat kemudian, kami diberikan beberapa lembar ujian ringan. Ughh, sebetulnya aku sudah cukup muak dengan yang namanya ujian. Mengingat aku sudah mempersiapkan belajar selama lima tahun untuk monbukagakusho dan gagal. Pun ujian-ujian masuk Universitas Negeri yang berujung aku gagal. Atau, saat aku tidak lulus di ujian N5 Tahun 2015. Oh, bahkan ujian seleksi BCA pun aku juga gagal. Sebetulnya, aku jadi muak dalam belajar dan ujian seleksi karena puluhan ujian yang sudah aku lalui dan berujung gagal. Aku hampir menyerah.
Soal-soal matematika tersebut aku kerjakan dengan lancar. Kebetulan matematika memang satu-satunya yang bisa kuandalkan. Yah, tidak jago sih. Tapi aku suka menghitung. Mata pelajaran lain? Percayalah aku ini sangat bodoh di pelajaran selain matematika. Tidak percaya? Silakan tanya ke teman-teman SMA-ku.

Oh, mungkin ini sebabnya aku gagal di monbukagakusho dan ujian-ujian masuk universitas.
Sekilas aku melihat beberapa orang sudah mencontek soal ujian teman sebelahnya. Aku? Mana berani. Kenal aja engga. Plus mereka lebih tua dari aku. Jadi makin-makin ga berani. wkwkwkwkwk. Dan juga, aku ingin ujianku selalu bersih kalau dalam seleksi. Yah, meski selalu berujung gagal sih. hahahaha.
.
Selesai ujian kami menunggu nama kami di panggil. Satu kuarter ada tiga peserta selain kuarterku. Di kuarterku ada empat peserta dan kami adalah kuarter terakhir.

"Kenapa kamu mau ke Jepang?"

Pertanyaan pertama sudah diluncurkan kepadaku.

"Chiisai kara mou nihon no koto ga suki desu. Nihongo o benkyoushitai desu." (Dari kecil udah suka sama Jepang. Aku mau belajar bahasa Jepang.)
Ketiga pewawancara tersebut terkejut. Pun penerjemah yang notabene adalah kepala perusahaan yang menjadi pengantara kami. Tanganku mulai bergetar. "Tenang. Tenang. Jangan grogi. Kontrol." ucapku dalam hati.

"Apa cita-citamu?"

Pertanyaan kedua.

"Tsuuyakusha ni naritai desu. Sorekara, dekiru dake, N1 ni naritai desu." (Aku ingin menjadi penerjemah lisan, Lalu kalau bisa, aku mau mendapat N1.)

Saat itu mereka semua memasang wajah terkejut.

"N1 wa muzukashii desu yo." (N1 susah loh.) Ucap salah satu pewawancara tersebut.

"Kono hito wa chuugoku ruutsu de kanji o mottemasu kara. Dekiru to omoimasu." (Orang ini keturunan Tionghoa dan punya Kanji. Aku rasa bisa.) Kata sang penerjemah.

Salah. Aku sama sekali gak bisa bahasa cina. Apalagi kanji. Bahasa Jepang yang kukuasai pun masih Bahasa Jepang yang dasar. Di antara semua peserta dari quarter pertama, hanya aku yang mencoba menggunakan bahasa Jepang. Yah, meski bahasa Jepang yang masih dasar. Karena, yang kupunya hanya itu di saat yang lainnya punya pengalaman yang luar biasa. Apalah aku yang hanya mahasiswi semester 4 jurusan Sastra Jepang yang biasa-biasa saja plus tidak punya pengalaman kerja/skill yang wah. Dan tahu sendiri bahasa Jepang mahasiswi semester 4 itu masih seperti apa?

"Sekarang sudah N berapa?"

"Masih N4 dan saya sadar ini masih jauh dari target saya. Tapi, saya masih ingin mencoba."

Yah, N4 dengan lulus pas-pas an. Memang sih Juli nanti aku ikut N3, tapi aku tahu kemampuanku belum mencapai ke N3. Hahahahahaha.

Semua memasang wajah terkejut. Mungkin aku dipandang sebagai gadis nekat dan mungkin mereka menyadari hatsuon dan susunan kata aku yang amburadul. Ah, sudahlah. Setidaknya aku puas bisa mencoba menggunakan bahasa Jepangku di sini.

Lalu pertanyaan mengarah ke peserta lain. Semua mendapatkan sangat banyak pertanyaan. Sedangkan aku? Hanya tiga pertanyaan tadi. Hahahaha. Sepertinya mereka tidak tertarik denganku. Kalau kata artikel sih, kalau dapat pertanyaan banyak berarti kemungkinan besar lolosnya besar. Dan kalau dilihat sih, aku yang dapat pertanyaan paling sedikit. Yah, sudah deh. wkwkwkwkwkk. Kalau ini gagal, yasudah deh. Lebih baik aku menyerah saja di ujian-ujian seleksi lainnya. Berhenti kuliah dan fokus untuk bekerja karena keluargaku butuh aku ditambah ayahku juga masih dirawat di rumah sakit dan butuh orang untuk menjaganya.
.
"Sekarang kami umumkan peserta yang lolos."

Semuanya pasti deg-deg an. Selain aku. Karena aku sudah tahu hasilnya tidak mungkin tertuju padaku.

"Nomor 2."

Wah, peserta pertama sudah disebut. Aku melihat dia berdiri dan maju ke depan.

"Nomor 7."

Peserta kedua sudah di sebut dan... Eh? Tunggu sebentar. Aku langsung melihat ke nametag ku. Nomor 7 itu aku, 'kan?

Tidak ada yang berdiri. Jadi aku yang berdiri. Masih dengan perasaan tidak percaya. Pasalnya semua orang tahu, kuarter terakhir itu biasanya peserta "sisa"an dan kemungkinan pewawancaranya sudah bosan itu besar.

Kala itu aku sungguh terkejut. Sungguh. Saking terkejutnya aku tidak bisa berkata apa-apa.
Peserta ketiga dan keempat disebut. Dan kami berempat keluar. Sudah kuduga. Aku yang paling muda. Dua orang berumur 25 tahun, yang satu berumur 26 tahun. Sedangkan aku? Masih berumur 19 Tahun.

Dan, dari sana semua keajaiban dari perjuanganku selama ini mulai berbuah.
Aku lulus ujian N3 (masih dengan giri-giri) di Juli 2017. Dan sampai detik ini sudah ikut ujian N2 2x dan gagal. Hahahahahha. Tapi tenang. Aku masih mencoba karena aku harus lulus N1 sebelum berumur 25 tahun.
.
Tahu apa yang kupelajari dari perjalanan hidupku? Aku bersyukur aku datang ke wawancara tersebut meski aku sudah tahu aku hanya untuk mengisi kursi. Aku bersyukur aku tidak menyerah. Aku bersyukur aku "mencoba" saat itu meski aku tahu kemampuanku masih cetek.

Aku bersyukur aku menjadi orang keras kepala di saat terakhir meski orangtuaku sendiri tidak mendukungku dan meski aku sadar keuangan keluargaku saat itu. Meski seluruh dunia menyuruhku untuk berhenti dan bersikap realistis, aku tetap berusaha meski jatuh berulang kali.

Satu mimpiku untuk bisa ke Jepang, kini sudah menjadi ceklist. Mimpi yang kusimpan selama 16 tahun lebih dan mengalami jutaan kegagalan dan tangisan.

Aku bersyukur. Karena dengan ini, saat kembali ke Indonesia aku masih bisa menyelesaikan s1 ku dan punya kesempatan untuk kembali ke Jepang dan bekerja di sini. Yah, hanya kesempatan saja karena aku sadar aku masih akan mengalami puluhan seleksi lagi di masa depan. Dan karena aku sadar dengan kemampuanku, aku harus bekerja 10x lipat lebih gigih daripada yang lainnya.

Semoga cerita singkat ini mampu menginspirasi.

Tidak, sebagai admin BJB saya hanya bantu meramaikan event ini dan tidak untuk di lombakan. Bisa dibilang ini adalah "cerita bonus" supaya dibaca oleh banyak orang dan mampu menjadi dorongan untuk orang-orang yang hampir menyerah.
.
夢は汗の中に少しずつ咲いて行く花
その努力 決して裏切らない
夢は汗の中に 芽を出してずっと待っている
いつか きっと 願い叶うまで
"Impian ada di tengah peluh, bagai bunga yang mekar secara perlahan
Usaha keras itu tak akan mengkhianati
Impian ada di tengah peluh, selalu menunggu agar ia menguncup
Suatu hari pasti sampai harapan terkabul"

~Sonichi AKB48/JKT48

Kiyu 02

Kiyu 03

Kiyu 04


*****


Itulah hasil tulisan-tulisan para peserta GA bertema #akudanbahasajepang semoga saja bisa menginspirasi sobat-sobat BJB lainnya yang sekarang juga sedang mempelajari bahasa Jepang dan ingin mencapai impiannya masing-masing dari hasil belajar bahasa Jepangnya, minna, ganbarou^^, GA-nya masing dibuka sampai tanggal 9 Oktober, masih ada kesempatan buat sobat BJB lainnya yang ingin ikutan^^, masih terbuka lebar peluang memenangkan GA khususnya di sosmed-sosmed yang masih dikit pesertanya^^, dan mau mengingatin juga, jangan lupa postnya di set publik biar terlihat saat dicari berdasarkan hashtag ya, terima kasih.

Update Penilaian dan Pemenang Giveaway BJB (17 - Okt -2018)


Sebelumnya terima kasih kepada kelima admin BJB yang telah bersedia menjadi juri GA kali ini, mereka adalah Riizhu, Licht, Eito_8, Pandu dan Vian. Sistem penilaiannya setiap admin akan memberi nilai peserta GA dari angka 1 hingga 10. Poin yang menjadi penilaian adalah dari segi penulisan sesuai kaidah penulisan bahasa Indonesia yang baik dan benar, dan juga segi isi ceritanya dan poin plus minus lainnya dari keselarasan foto yang disertakan. Dan dari akumulasi semua dewan juri pemenangnya adalah............... Jreng jreng jreng.

Nurul Najma (Pemenang di Facebook)
Bisa dikakatan di facebook yang paling dikit saingannya :D, hanya tiga peserta saja. Tulisan dari Nurul Najma cukup bagus, isi ceritanya juga sangat menginspirasi meskipun agak panjang.

@El_Azham (Pemenang di IG)
Terdapat 4 peserta yang mengikuti Giveaway BJB di instagram, dan hasil penilaian mereka cukup berimbang, hanya saja, akumulasi nilai @El_azham berhasil mengungguli tipis dari peserta lainnya dan berhasil terpilih menjadi pemenangnya.

Riri (Pemenang di Line)
Peserta GA yang paling antusian ada di sosmed line, ada 8 peserta yang ikut GA melalui Line, Riri berhasil mendapat nilai tertinggi di Giveaway kali ini, omedetou, tulisannya sangat bagus, isi ceritanya juga tersusun rapi, dan cukup menginspirasi juga.

Irfan (Pemenang harapan)
Meskipun jumlah peserta tidak mencapai 20 peserta lebih, tapi kita putuskan untuk tetap menyertakan 1 pemenang harapan. Hasil penilaian Irfan menyamai penilaian Riri, namun Irfan kalah saat voting juri untuk  menentukan pemenangnya. Pemenang harapan boleh memilih hadiah antara 2 buah gantungan kunci Aome atau stiker line seharga 100c.

Selamat untuk para pemenang yang terpilih, para pemenang akan dihubungi di masing-masing sosmednya oleh BJB untuk mengkonfirmasi alamat pengiriman, jika tidak memberikan alamat pengiriman lebih dari 3 hari setelah dihubungi maka hadiah dianggap hangus, dan terima kasih banyak kepada para peserta yang telah mengikuti Giveaway bertema #akudanbahasajepang. Terima kasih atas tulisan-tulisannya yang sangat menginspirasi pejuang-pejuang bahasa Jepang lainnya. Dan nantikan giveaway-giveaway selanjutnya ya^^.
Baca Juga

1 komentar:

  1. bacanya terharu :" Semua ada jalannya sendiri2 asalkan kita ada kemamuan :"

    BalasHapus

Pastikan menampilkan nama/username saat berkomentar, jika usernamenya "Unknown / Tidak diketahui" maka komentarnya tidak bisa ditampilkan.